Ngecash Energi

Kalau ngeliat anak introvert dikeramaian mulai diam dan pandangannya kemana-mana, itu tandanya dia sudah memasuki dunianya sendiri. Tidak perlu merasa bersalah kemudian memaksanya ikut bicara dalam obrolan, dia sedang menikmati ruang ekslusif di kepalanya. Ya, setidaknya itu yang aku rasakan. 


Ditengah guyuran hujan sore itu, lapangan pacuan kuda Sengeda, Bener Meriah di putaran final yang semakin riuh. Orang-orang merapat ke tenda-tenda pedagang, jalanan tiba-tiba menjadi sunyi. Area pacu yang sebelumnya selalu mengepul debu menjadi basah, menyisakan aroma tanah yang menguap. Sedang istirahat, waktu Ashar. Kedai kopi tempat kami berteduh langsung dipenuhi pengunjung, mayoritas remaja, laki-laki dan perempuan. 


Foto IG Explore Bener Meriah


Orang-orang suntuk yang pandangan matanya mengarah lurus ke jalanan mulai mencari hiburan. Maka setiap kali ada yang lewat, terutama jika itu perempuan, cantik dan seksi, yang basah dan mencoba berlari dari hujan, pasti jadi sasaran. 

"Eaaaa......."

"Whoooo......" 

"Yeaaaa........"


Terus bersautan dari ujung ke ujung. Membuat wajah objek di depan sana merah padam dan kikuk. Dasar, anak-anak ini! Satu, dua, tiga dan terus entah sampai hitungan berapa, tak lagi kuhiraukan. Mataku lebih tertarik pada sudut sebaliknya. Rupa-rupa wajah orang yang merespons kejadian ini. 


Ada yang dengan semangat langsung ikut berteriak dan melompat untuk melihat apa yang sebenarnya diteriaki orang-orang. Ada juga yang hanya terkekeh, malu sendiri, seolah-olah dia yang menjadi tujuan sorai itu. Beberapa berkomentar sesamanya, tentang setelan yang dikenakan, warna lipstik, atau hal-hal lain yang menarik perhatian mereka. Tapi juga ada yang asik sendiri melihat sekeliling dengan tenang. Tak begitu terusik dengan keadaan, malah menikmati hal-hal berbeda dari situasi ini, aku salah satunya. Bukan hanya sendiri, kupastikan itu. Sebab kutemukan wajah lain dengan ketertarikan yang serupa. 

Buatku, menikmati macam emosi yang dipancarkan orang lain serupa proses penyerapan daya atau pengecasan energi.

Apalagi jika itu energi positif. Melihat orang tersenyum, tertawa, berbincang seru dengan teman-teman, orang tua yang bercengkrama dengan anaknya, pasangan yang bicara sambil bertatapan dalam. Semuanya bisa diserap tubuh jadi kebahagiaan pula. Ini jauh lebih baik daripada aku harus terlibat obrolan dan basa-basi panjang yang membuatku kehabisan kata, kemudian lebih cepat merasa lelah. 


Introvert yang Melankolis, itu paduan karakter yang sebenarnya sangat berbeda dengan teman bicaraku. Orang yang sedang asik memberikan argumennya dengan penuh antusias disampingku ini. Dia yang cenderung terbuka, senang berkumpul dan bicara banyak. Tertawa lebar juga bergerak aktif ke sana dan kemari. Paham bahwa masing-masing kita punya ruang ekspresi sendiri kemudian menjadi penting untuk tidak sekedar merasa bersalah karena memiliki tempat untuk menempatkan kebahagiaan yang tidak melulu selalu sama.


Sebelum pulang, tentu tak afdol rasanya kalau belum mengitari sekeliling lapangan. Bukan untuk mencari barang-barang yang ingin dibeli, atau penasaran dengan cemilan apalagi hunting pernak-pernik tak biasa yang hanya dijajaki pedagang saat ada keramaian seperti ini. Tapi sekadar mencuci mata, memenuhi hasrat untuk layak sekiranya mendapatkan label, 'sudah menonton pacuan kuda'. 


Buatku ini juga bentuk quality time. Berjalan bergandengan, sesekali menertawakan sesuatu. Satu, dua kali, bertatap dan bertukar senyum. Mengeratkan genggaman, memastikan jalan yang dilalui aman. Menyerobot kerumunan, mengelak dari genangan air, terus sampai keluar dari keramaian. Meski kuakui aku tidak begitu menyukai keramaian, tapi aku selalu suka momen dimana ada kamu diantara itu semua (dipersilahkan kesal, bagi para pembaca 😂).


Langit semakin gelap, tak ada lagi hujan. Jalanan yang tanpa penerang kini diterangi gemerlap lampu kendaraan. Mobil-mobil berjalan lambat, sedangkan motor kami berhasil menyalip dan melaju lebih cepat. Itulah salah satu keunggulan berkendara dengan sepeda motor, lebih kondusif dalam kondisi yang padat. Selain tentu juga selalu berhasil bikin suasana makin romantis, ah. Mari kita selesaikan saja.


Udara dingin negeri di atas awan menemani putaran roda kendaraan. Orang-orang pulang menuju rumah, membawa cerita tentang pacuan kuda yang selalu punya kisahnya sendiri. Tua, muda, laki-laki dan perempuan, momen keramaian yang selalu dinanti banyak orang ini masih jadi perhelatan akbar di Tanoh Tembuni kami.  




Comments

  1. Lanjutkan banyak sisi yang bisa disampaikan pada publish sehingga pembaca merasa ada sebuah nilai baik positif maupun negatip. Salam publish #sukses selalu

    ReplyDelete
  2. Cuit cuit.. Aku tersenyum. Merasakan keromantisan mu.. Hahaha..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts