Sepenggal cerita di Kampung ku : Pacuan Kuda
Pacuan kuda merupakan
salah satu perayaan akbar yang ada di Takengon, Aceh Tengah. Biasanya acara ini
diselenggarakan untuk memperingati ulang tahun kemerdekaan Indonesia maupun pada
acara-acara besar lainnya, seperti peringatan hari Sumpah Pemuda 28 Oktober
2013 lalu. Pacuan kuda tradisional untuk Provinsi Aceh dilaksanakan pada tiga
kabupaten yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues (dataran tinggi gayo). Event sakral ini menjadi ajang silaturrahmi
para pecinta kuda di Gayo.
![]() |
Pelepasan Kuda Pacu |
Ada beberapa kategori
kuda yang biasa dipertandingkan saat ini, diantaranya :
- A- super untuk tinggi kuda > 140 cm
- A- biasa untuk tinggi kuda 135-140 cm
- B- untuk tinggi kuda 130-135 cm
- C- untuk tinggi kuda 125-130 cm
- D- untuk tinggi kuda < 125 cm
Masing-masing kategori
kemudian dibagi lagi dalam kelas kuda tua yang akan dipacu per 2 kali putaran
sedangkan kategori kuda muda untuk 1 kali putaran pada lapangan pacu. Kuda yang
memiliki tinggi diatas 135 cm biasanya kuda yang berasal dari luar Aceh; Padang
misalnya, sedangkan kuda dari gayo sendiri cenderung lebih pendek dan peranakan
berukruan sedang.
Pacuan kuda di Gayo
tidak hanya sekedar pertandingan semata, namun lebih dari itu. Ini menyangkut hobi
dan nama besar pemilik kuda. Karena itu hadiah bukan jadi patokan utama,
meskipun untuk perawatannya kuda bisa menghabiskan budget hingga Rp. 500.000,00 tiap bulannya.
SEJARAH
PACUAN KUDA
Bercerita tentang
pacuan kuda, ternyata keberadaannya tak lepas dari peran pemerintahan Belanda. Awalnya
acara ini diadakan untuk memperingati hari ulang tahun ratu belanda Willhelmina
pada tahun 1926 dan terus diadakan setiap tahunnya oleh Belanda. Namun setelah
merdeka, momentum pacuan kuda kemudian beralih menjadi pesta rakyat sebagai
bentuk suka cita rakyat gayo atas kemerdekaan Indonesia.
Kuda-kuda yang biasanya
membajak sawah kali ini turun kelapangan. Ditunggangi joki yang biasanya
anak-anak berumur 8-15 tahun, tanpa menggunakan pelana dengan pemukul kuda yang
terbuat dari rotan. Dulunya perlombaan ini dibagi dalam tiga kategori, kuda
muda untuk usia 5 tahun ke bawah, kuda dewasa umur 5-7 tahun dan kuda tua 8-10
tahun.
Dulunya pacuan kuda
dilakukan dalam skup desa tanpa jalur pacu yang jelas, kemudian beralih ke
lapangan Musara Alun di Belang Kolak II hingga akhirnya dipindahkan ke lapangan
Belang Bebangka di Kayu Kul. Acara yang berlangsung selama seminggu dan hanya
satu tahun sekali ini menjadi pekan rakyat yang sangat diminati masyarakat gayo
sampai saat ini.
Sayangnya, saat ini
keberadaan kuda-kuda lokal semakin tersingkir diantara kuda luar dengan postur
lebih besar yang mencuri minat para pecinta kuda gayo. Hal yang paling
dikhawatirkan adalah pada masa yang akan datang kuda lokal tidak lagi mampu
bersaing atau bahkan tidak ikut berpacu dalam turnamen lagi.
![]() |
Joki yang belajar secara otodidak |
*
* *
![]() | |||
Pacuan Kuda Gayo |
Dalam perkembangannya,
event ini terus dibenahi mulai dari aturan, kategori, lapangan dan kelengkapan
lainnya. Pacuan kuda juga tidak hanya diadakan sekali, bahkan dua kali dalam
setahu, tidak hanya di Aceh Tengah, tapi juga di Bener Meriah dan juga Gayo
Lues.
Semoga tradisi ini
dapat terus dijaga dan dilestarikan keberadaannya di dataran tinggi gayo.
Dengan perbaikan dan perkembagan yang tidak menggeser nilai-nilai luhur
perayaan tersebut.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteSangat bermanfaat artikel nya, jangan lupa SHARE dan KUNJUNGI juga website MP3 kami SEARCHMP3 Silahkan KLIK komentar ini untuk mengarah ke website kami terima kasih atas kunjungan anda😊🤗.. semoga sukses selalu pak
ReplyDelete