Berani?

Hari ini mamak melepas lagi, satu anak gadisnya. Memang bukan anak gadis dari rahimnya. Tapi anak gadis yang dijaganya seperti anak sendiri beberapa bulan terakhir.

Jadi begini, di rumah kami ada tiga kamar kost yang diisi oleh tiga perempuan. Dengan masuknya anak-anak ini, secara tidak langsung mereka menjadi anak mamak, yang kadang lebih diperhatikan dibanding kami. Sebab, itu anak-anak juga entah bagaimana perhatiannya luar biasa, lebih banyak berinteraksi pula dengan mamak, dibanding kami yang jarang di rumah. Harus kuakui, aku sedikit cemburu. Sedikit saja.

Baru empat bulan lalu anak terakhir ini masuk, dia bekerja di rumah jahit dekat rumah. Nun, dari kampungnya kemari untuk kursus menjahit. Setelah selesai dia melanjutkan bekerja di sini, tidak kembali ke kampungnya. Lebih senang di sini katanya, sebab bisa lebih banyak belajar. 

Ramah dan gesit sekali. Kadang pagi cucian piring di belakang sudah bersih, padahal nyuci piring tugasnya adik bungsuku, tentu senang sekali hatinya. Kadang pulang dari kampung bawa sayur dan buah-buahan, sedapatnya, selalu bawa buah tangan. Pandai berbasa-basi dan sopan dengan orang tua. Dia yang paling terakhir masuk ke rumah, tapi dia yang paling dekat dengan mamak. 

Hari ini, tiga hari sebelum perpanjangan kontrakannya dia kami lepas dengan pasangannya lewat akad, di depan para saksi. Mamak begitu bersemangat dan juga emosional sejak sebulan terakhir membantu mengurus ini, itu. Oh, anak ini qadarullah berjodoh dengan sepupuku, jadi berbahagia pula mamak karena semakin dekat ikatan dengannya. Walau tetap, dia tidak lagi tinggal di rumah kami.

Unik sekali kisahnya, kalau ditilik lagi, rasanya anak ini datang ke rumah memang khusus untuk menjemput jodoh. Empat bulan di rumah, sebulan terakhir bertemu sepupuku, dan prosesnya kemudian sedemikian mudah saja. Sampai hari ini kami keluarga besar duduk bersama di hari istimewanya. Benarlah soal jodoh memang tak pernah ada yang tahu, begitu juga dengan kisah ini. Dia yang sebelumnya memanggil 'mamak' untuk mamak kami, malah sekarang bertutur kakak. Masih berat lidahnya katanya, tentu. Pelan-pelan saja kata mamak sambil menggoda.

Begitulah, kita kadang terikat dengan cara-cara semesta yang istimewa. Kemudian menjadi semakin erat atau merenggang, sebab tuntunan semesta. Ikatan bisa terbentuk sebab rasa saling berbalas. Berani memberi, juga harus punya keberanian pula untuk menerima. 



Sepertinya, cinta memang hanya untuk mereka yang berani, ya.

Comments

Popular Posts