Pertemuan yang Baik

"Ternyata kita punya kesamaan yaa, sama-sama cepat kalau bicara," kamu terkekeh dan aku untuk beberapa detik mencoba memahami kalimat itu. Benarkah aku bicara dengan cepat?

Sepertinya iya, sebab kadang tergesa pula tarikan napas ini. Aku baru menyadarinya. Padahal kukira aku bicara dengan cukup lambat, pelan dan beraturan. Tapi ternyata saat antusias aku menjadi sebaliknya. Seperti semua isi kepala ingin ditumpahkan sekaligus, super cepat dan tentu menjadi sedikit sulit dipahami. Hey, kamu membuatku sadar hal sekecil ini.

Sebentar, coba kita kembali ke pertemuan pertama, saat kamu sudah berhasil memberi kesan mendalam. Tentu aku tahu bahwa kamu begitu paham tentang pentingnya kesan pertama, semua jelas terlihat sore itu. Matahari perlahan pulang ke peraduan, kamu datang. Dari jauh, sudah begitu sumbringah, antusias dengan apapun yang ada di depanmu. Aku tahu akan ada yang datang, jadi menerka pula bahwa wajah berseri-seri di depanku pastilah orang yang ditunggu. 

"Valent, kan. Nah, ini pasti Lisna, yaa?" Dengan percaya diri kamu mengulurkan tangan, memperkenalkan diri. Aku, dan Lisna yang berdiri di sampingku menyambut tangan itu. Sungguh menarik perhatian, saat dengan jelas kamu menyebut namaku, sedang kita belum pernah bertemu sebelumnya. 

"Saya Nu, ini adik saya," sambil menunjuk laki-laki jangkung yang ada di sampingmu.
"Maaf yaa tadi saya langsung lihat-lihat tanda pengenal kalian di basecamp. Gak papakan, ya?" Aku membalas pertanyaan itu dengan senyuman. Tentu tidak masalah, hanya saja, kamu memulainya dengan cepat, teramat cepat bahkan untukku.

Itu kesan pertama yang begitu melekat. Ada energi besar yang hangat, mengikat di sana. Aku bahkan cukup kelimpungan menerimanya sekaligus. Bagaimana aku harus membalasnya, aku terbebani sekaligus terkesan di waktu yang sama. Setelahnya tentu suasana menjadi semakin cair dan nyaman saat bersamamu. Kita berbincang apa saja, diskusi-diskusi kecil dan curhatan ringan, atau mungkin sedikit berat, disaat hanya berdua dan yang lain sedang menghabiskan waktu ditempat berbeda. Tak mudah sebenarnya untukku bisa bercerita banyak urusan pribadi dengan orang lain, tapi kamu membuatnya menjadi tidak sesulit itu. Kamu istimewa.

Cukup singkat pertemuan kita, tapi kamu menunjukkan banyak hal. Dari sikap, kata dan tindak, kamu menggambarkan dengan baik bagaimana selayaknya wanita dewasa menempatkan diri. Padahal kita hanya berselisih satu tahu, tapi begitu jauh perbedaan antara aku dan kamu. Kalau bisa kugambarkan, kamu seperti versi sebagaimana selayaknya usiamu, sedangkan aku versi sebaliknya. Langit dan bumi, kamu membuatku jadi punya banyak PR untuk berbenah diri kak. Menyebalkan. 

Jujur saja aku merasa sedikit tersudut di satu sisi, tapi tenang di sisi lainnya saat kamu hadir di basecamp. Entah bagaimana kemudian aku malah lebih banyak merasa senang, nyaman dan terhanyut dengan magnet yang kamu punya. Punya seseorang yang bisa diandalkan itu menyenangkan. Kamu jadi tidak perlu terbebani berlebih soal ini dan itu. Maksudnya, kamu tak perlu bertanggung jawab penuh sebab usia yang menggantung di pundakmu menuntutnya. Aku punya kamu, dan sangat bisa diandalkan. Rasanya yang lain juga pasti setuju dengan ini, karena kamu juga memberi kehangatan pada semua orang.

Oh, aku baru tersadar saat menuliskan ini. Sepertinya ini adalah rasa yang sama yang sedikit banyak aku rindu. Dulu sekali aku nyaman dan aman dalam waktu yang lama dalam lingkaran seperti ini. Kupejamkan mata, menarik napas perlahan untuk membiarkan otak mengulang memori tentang masa yang lalu. Satu persatu wajah manis itu muncul, tersenyum dan memeluk hangat dalam ingat. Potongan-potongan kisah yang selalu istimewa. Saat kalian masih punya banyak waktu untukku, kakak-kakakku. Betapa aku merindukannya.

Waktu terus berjalan, bagaimanapun kita ingin mengikat seseorang, nyatanya kita tak pernah punya kuasa mengikat takdir. Akan sampai waktu, di mana jalan-jalan kita tak lagi sama. Kemudian kita saling melepas ikatan, sebagai pembuktian, bahwa cinta juga berisi pengorbanan.




Kamu kak, yang dalam letihku berjalan serupa mata air penghapus penat. Hari-hari yang teramat singkat, tapi cukup sebagai pengingat. Bahwa aku pernah menerima cinta yang besar, maka selayaknya pula aku mampu memberikannya. 

Terimakasih kak Nu, tentu kita bertemu karena sebuah alasan, sebenarnya siapa yang mengira kita akan bertemu? Begitulah akhirnya kamu datang memberi warna tersendiri dalam bilangan waktu kita bertemu. Aku harap ini hanya awal, semoga kita bisa kembali bertemu sapa di kesempatan baik lainnya. 

Aku, mendoakanmu dari negeri kopi yang aromanya menjadi teman setia disetiap harimu. 

Comments

  1. Wow... Ini adalah kerinduan yang dalam dari pertemuan yang sesaat. Semoga bisa berjumpa lagi.

    ReplyDelete
  2. InsyaAllah, bertemu kembali. Tq Bang 👍

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts