Melepasmu, harus walau terasa berat

Kadang, bentuk kasih paling tulus adalah MELEPASKAN.

Merelakan seseorang dengan pilihannya. Toh, tak ada yang benar-benar milik kita di dunia ini.




Beberapa bulan terakhir begitu menyenangkan, denganmu. Kamu yang kudekap dengan rasa 'kasih' pertama kali kita memulai percakapan, senja itu. Ternyata kamu yang kemudian dipanjangnya perbincangan kita selanjutnya lebih besar memberikan 'kasih'. Aku sungguh, menemukan rumah tempat menanakkan resah menjadi energi, yang kemudian mampu menghidupkan nadi.

Pesanmu memandu air mataku menari bersama hujan di luar sana. Aku sedang sakit, sakit rutin setiap bulan yang biasa memang membuat prostaglandin meningkat. Kamu tahu, efeknya adalah perut keram dan mual-mual. Cukup membuat badan lemas, pun sisa-sisa gejala PMS masih andil, sensitif akan banyak hal, itu juga berarti aku akan lebih gampang menangis.

Aku sudah meninggal tempat kerja sejak siang tadi, dan kamu beberapa jam kemudian memberi kabar. Oh, sebelumnya kita masih mencoba melakukan diskusi singkat untuk sebuah pilihan, yang sebelumnya kita sudah sepakat dan menerimanya. Kamu sudah melapangkan diri untuk itu, begitupun aku. Tapi, di lima belas menit sebelum kesepakatan itu difinalkan, kamu mengambil keputusan berbeda. Keputusan besar.

Air mataku ada untuk merayakan kebahagiaan, juga kesedihan di satu sisi. Belum bisa kutimbang mana diantara keduanya yang lebih berat. Sebab melepaskanmu untuk pekerjaan saja sudah cukup menggangguku, tapi ternyata lebih dari itu, aku harus melepasmu untuk sesuatu yang lebih besar. Ya, tentu kebahagiaan yang lebih besar juga selayaknya kamu dapatkan dengan pilihan ini, lalu bagaimana aku seharusnya tidak bahagia dengan itu. 

Kamu, jika aku bisa menuliskan namamu, aku akan menuliskannya lengkap dan jelas, diawal, dijudul tulisan ini jika perlu. Tapi aku khawatir ada yang cemburu, aku becanda 😂. Aku memilih menjaga privasimu, sebagaimana aku telah melakukannya untuk sebuah kepercayaan pertama yang kamu berikan. Kamu sampaikan dalam wawancara itu, kamu berusaha memberikan kepercayaan pada seseorang sebesar kepercayaan yang diberikannya. Aku pun begitu, aku menunjukkan kelemahan terbesarku padamu, semuanya, habis. Karena aku percaya kamu, tak perduli sebesar apa percayamu untukku, lebih dari itu karena aku merasa nyaman berbagi denganmu. 

Betapa Allah maha baik mempertemukan kita pada kondisi yang terbaik. Tak perlu lama, tak perlu basa-basi, tak ada ragu, sebuah rumah dibangun, nyaman dan hangat. Sudah jadi, berbentuk dan utuh. Baru saja, dan takdir dengan cepat membuka jalannya. Kamu kemudian harus pergi, membangun rumah baru dalam arti yang sesungguhnya rumah, tempat pulang. Kita sering menceritakannya, aku tahu kamu sangat menginginkannya.

Tapi, tolong biarkan rumah sebelumnya tetap bisa menjadi tempat berteduh yang kamu perlukan saat kamu butuh. Dia akan masih ada di sana. Terus, selama Allah ridho atasnya.

Yang kusesalkan adalah, mengapa secepat ini? Air mataku masih tak tahu diri, keluar begitu saja. Padahal aku sudah putuskan untuk menerima keputusanmu. Kenapa? Kataku lagi, dan aku meninggalkan coretan ini untuk meneguk segelas air hangat. Perutku masih sakit, sekarang kepalaku mulai sakit. 

**

Kenapa? Dan tentu karena Allah izinkan itu terjadi. Untuk apa? Untuk sebuah kenyataan yang harus kita terima, yang semoga di depan sana, nanti kita akan berucap syukur untuk ini. 

Aku percaya Allah maha baik, teramat baik untukku, untukmu tentu juga. Lalu mengapa aku pertanyakan hal-hal bodoh seperti ini. Aku percaya, dan aku sedang membangun keyakinan yang kuat pula. Untuk setiap keputusan yang melibatkan Allah, maka tak ada yang perlu dikhawatirkan berlebih. 

Kita hidup dengan Pekerjaan Rumah ditiap tingkat takdirNya. Kamu dan aku harus mengerjakan PR kita masing-masing dalam hidup ini, makanya harus jadi anak rajin, anak baik budi, agar PR-NYA bisa diselesaikan dengan baik, juga dengan doa-doa, semoga dalam prosesnya terus diberikan bantuan dan tuntunanNya.

Ap, aku mencintaimu karena Allah. Semoga Allah siapkan rencana terbaiknya untukmu. 

Doakan aku juga yaa. 🌻

Comments

Post a Comment

Popular Posts