Bersetia

Baiklah setia itu berat dan mahal, tentu. Makanya kemudian ketika kita menemukan orang-orang yang tidak setia, kemudian kita kecewa atau mempertanyakan sikap tersebut. Sebab bersetia sejatinya bukan hanya soal pilihan, tapi sebuah kebijaksanaan yang harus dimiliki. Ini masalah personal, jadi setiap orang punya cara yang sangat personal untuk menyikapinya. 

Setia adalah komitmen, bukan hanya dengan pasangan, tapi juga pada setiap komitmen yang kita pilih. Pekerjaan, pertemanan, pilihan hidup, hobi, hal-hal lain. Tentu, semakin besar resiko dan dampak sebuah komitmen menjadikan bersetia punya nilai yang semakin besar. Bagaimana kesetiaan diuji? Biasanya karena banyaknya pilihan yang tersaji di depan mata, atau adanya peluang ketidaksetiaan yang datang. Kita cenderung lebih mudah goyah karenanya.

Sangat perlu dipahami bahwa tak adalah pilihan yang sempurna, tak ada kesempatan terbaik dan tak ada kepastian sama sekali dalam hidup. Maka saat kamu berusaha mencarinya, tentu kamu akan jadi yang paling tidak setia. Hatimu harus belajar setia, bahwa apa yang kamu pilih adalah sebuah janji yang perlu di jaga, di rawat dan diberikan ruang untuk perubahan di dalamnya. Sebab, di tempat lain yang kamu anggap mungkin akan lebih baik, pun selalu ada celah untuk ketidaksetiaan. Ya, kamu harus menjadi bijaksana untuk paham tentang ini.

Hidup adalah jalan yang membentangkan pilihan, satu ke yang lainnya. Kamu harus membangun kenyamanan dalam pilihan, yang bisa saja berarti pembangunan yang panjang, atau kemudian renovasi terus menerus, sampai setiap dari pemegang komitmen bisa merasakan nyaman dengan bangunan yang di bangun. 

Satu titik kemudian kamu paham, menjadi setia bukan lagi soal pilihan. Menjadi setia adalah membangun kebijaksanaan, bahwa apapun yang kamu cari sesungguhnya ada pada dirimu, kemudian kamu coba cerminkan pada orang lain yang kamu harapkan melakukan hal yang sama. 

Menjadi setia selayaknya adalah bukti syukur kita yang paling rendah hati. 

Sejatinya demikian.




Comments

Popular Posts