Part 1 : SAHABAT SAFAR
Aku masih teringat bagaimana sore itu kita duduk santai di bawah langit biru di antara rerumputan, Lapangan Sanggamara. Tentu aku ingin akan menuliskan nama-nama kalian yang menyambut baik ide ini; Dewi Martika, Ikhlas Kasih Niate, Sari Octaviani Fitri, Edi Santosa dan Khairul Saputra. Entah karena punya keinginan yang sama atau hanya karena tidak enak hati menolah permintaanku kala itu. Kita memutuskan membuat sebuah pergerakan sosial, gerakan berbagi mukena layak pakai untuk masjid dan mushola yang terinspirasi dari sebuah brosur gerakan serupa yang kami dapatkan dimedia sosial sebelumnya.
Kita merasa ini ide yang menarik,
pun berdasarkan pengalaman pribadi yang sering mendapati mukena di masjid atau
mushola dalam keadaan kotor dan tidak layak pakai. Kemudian berkembanglah
ide-ide menjadi gerakan cuci mukena dan pembersihan tempat ibadah. Tak semulus
pembagian mukena yang pertama, kegiatan berikutnya malah tidak mampu kami
realisasikan.
Oh iya, untuk nama Sahabat Safar.
Siapa ya pemberi gagasan ini waktu itu? Kata Safar rasanya dipilih karena
kegiatan pertama yang dilakukan mengharuskan berkeliling mencari tempat ibadah
yang tepat menerima mukena, mendata tempat yang akan dilakukan pembersihan
mukena maupun fasilitas ibadahnya. Menurut kita, safar adalah cara menemukan
jalan untuk memberikan kebaikan.
Saat menulis tulisan ini, aku
kemudian mengecek postingan pertama akun Instagram Sahabat Safar, 22 Agustus
2017. Entah ditahun yang sama atau malah tahun sebelumnya setelah kita duduk di
Lapangan itu. Setelah program mukena, kita mulai membuka penggalangan dana
untuk membeli sembako yang diantarkan ke panti asuhan. Hanya bermodalkan
sumbangan sekadarnya dari teman-teman saja, biasanya cukup untuk membeli
beberapa papan telur, minyak makan dan gula.
Kenapa kegiatan Sahabat Safar
kemudian berlanjut terus? Karena nyatanya ada candu saat berkunjung ke Panti
Asuhan, saat berbagi. Ada rasa yang tidak dapat diungkapkan, dan ingin juga
dapat dirasakan semua orang. Walaupun dalam kondisi tidak punya dana,
bermunculan gagasan baru untuk bisa kembali berkumpul bersama adik-adik panti.
Membuat pelatihan sederhana, prakarya, bermain, yang semuanya dilakukan secara
sukarela, dana operasional hanya dikeluarkan untuk jajanan adik-adik. Sisanya
hanyalah lelah dan letih yang berharap jadi amalan.
Lambat bertumbuh, tapi aku selalu
bersyukur menemukan orang-orang baik yang tak segan memapah dan mengajari
Sahabat Safar untuk berjalan. Tentu ada yang datang dan pergi, ada waktu
semangat naik dan turun, ada titik bimbang dan ragu, ada letih dan lelah, ada
hari-hari penuh tanya, apakah Sahabat Safar ini perlu dilanjutkan? Kenapa?
Untuk apa?
Bagiku pribadi, Sahabat Safar
memberikan pelajaran hidup teramat berarti. Setiap fasenya aku seperti
mengalami pembaharuan diri, berkembang bersama. Saat ini, penghujung tahun
2020. Kurang lebih 4 tahun Sahabat Safar berkembang, kusempatkan melihat
kembali apa-apa yang pernah kita lakukan dan kita bagi di beranda Instagram
Sahabat Safar. Ada bulir air mata yang tak tertahan di kelopak mata. Sudah banyak
kegiatan yang dilakukan, mulai dari kegiatan tanpa dana sampai
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dengan dana yang cukup besar menurutku. Saat
ini semakin banyak yang mempercayai sahabat safar untuk meneruskan kebaikan
yang tak mampu kita lakukan sendiri. Alhamdulillah.
Tuhan, sungguh Engkau telah berikan nikmat kesibukan terindah pada kami untuk berbagi lelah raga dan pikiran pada tempat yang semoga Engkau ridhoi: Sahabat Safar.
Iseng, mampir di blog ini. Kakak tunggu sahabat safar part 2, 3, 4 ,5 dst
ReplyDeleteSiap, part 2 sudah di post yaa kak :)
Deletedi tunggu kelanjutannya
ReplyDelete2 nama yg pernah bersua dari kelima nama yg tertera diawal terbentuknya KSS.
ReplyDeleteJadi pingin jumpa dengan yang lainnya, di manakah mereka saat ini?
Btw, part selanjutnya ditunggu ya 😁