Boros atau Cerdas
Punya penghasilan cukup, kerja sudah lumayan lama, masih single tapi tidak punya tabungan. Boros pasti hidupnya!
Benar gak yaa?
Rata-rata dari kita mungkin punya pendapat yang sama untuk kondisi di atas, sedikit diantaranya kemudian menjadi 'kepo' untuk mencari tahu dan penasaran, bagaimana orang tersebut mengelola keuangannya, apa yang dilakukan dengan uangnya, dihabiskan untuk apa saja uangnya?
Tapi akan ada juga yang lebih kecil dari sebahagian kecil yang senyum-senyum sendiri, bergumam dalam hati, "ternyata ada juga yang seperti saya".
Perencanaan Keuangan, keren sekali yang kedengarannya. Umumnya, yang dianggap berhasil mengelola keuangan dengan baik adalah mereka yang punya tabungan cukup, punya investasi dalam bentuk tanah dan bangunan, atau punya banyak asuransi yang akan menjamin saat hal-hal buruk terjadi. Begitukah?
Tentu tidak ada yang salah, karena ini tentang 'keyakinan'. Apa yang kamu percaya dan yakni kemudian mempengaruhi cara kamu bertindak dan mengambil keputusan. Sampai disini, maka menjadi tidak bijak pula untuk memberikan penilaian boros terhadap orang dengan kondisi di atas. Mungkin dia punya keyakinan yang sama kuatnya dengan mereka yang merasa punya perencanaan keuangan yang baik.
Saat punya uang, berapapun jumlahnya. Kita punya kesempatan yang sama untuk menyimpan atau mempergunakannya. Dari kedua pilihan ini pun kita kembali punya pilihan yang sama untuk menyimpan atau mempergunakannya pada kondisi yang; kita punya kendali penuh atasnya atau sebaliknya, pada kondisi dimana kita tidak punya kendali penuh tapi dikendalikan oleh dzat yang punya kendali penuh atas hidup kita dan seluruh makhluk di dunia ini. Ribet yaa penjelasannya, maafkan 😅
Kembali lagi ini soal keyakinan, bisa jadi kita punya pola yang berbeda. Karena keyakinan yang kita percaya berbeda, atau minimal berbeda porsinya. Percaya 100% dan menjalankannya 100% juga. Ada yang percaya 100% tapi menjalankan hanya 50% atau 30%. Ya terserah, kan hasilnya akan kembali pada diri sendiri.
Sebenarnya cuma mau bilang, bahwa apa yang kamu lihat dan mebentuk opini di kepalamu belum tentu sama dengan apa yang dialami pelakunya. Bagimu mungkin tidak punya simpanan uang adalah hal bodoh, karena tidak ada jaminan keamanan saat masa sulit terjadi. Tapi ada hal lain yang jadi kepercayaan seseorang sehingga begitu yakin dengan pilihannya. Tak punya simpanan bukanlah kebodohan, karena sejatinya ia menyimpan di tempat teraman. Meski kemudian konsekuensi dia tak punya kendali penuh untuk mengelolanya. Semakin besar keyakinan maka sering kali semakin berjalan dengan ajaib prosesnya.
Ini memang seperti racun, dan berhasil meracuni pikiran. Eh, mana ada racun yang rasanya nikmat ya. Belakang saya merasa telah dicuci otaknya secara mendalam oleh sebuah buku. Pertama kali dipinjamkan, baca judul dan tampilan kulit bukunya, saya langsung mengerenyitkan kening. Berat sekali pasti isinya, "ilmu tauhid". Tapi karena niat dihati untuk menambah ilmu lewat bacaan, rasanya tidak bijak dengan menilai tanpa membaca terlebih dahulu. Mulai membaca, lembar demi lembar semakin menarik dan menantang. Benar-benar tertantang sehingga terus tertarik untuk menyelesaikannya.
Buku tulisan ustadz Yusuf Mansur ini ringan, banyak contoh kisah yang menggugah dan diluar logika. Jika kamu suka tantangan, maka baca dan lakukanlah kiat-kiat dalam buku ini. Dijamin, pandangan kamu tentang perencanaan keuangan akan ikut bergeser dan berubah arah.
Ya tulisan di buku ini tidak seberat judulnya, tapi lebih dalam dari itu!
Baiklah, apa kamu saat ini sudah mulai penasaran? Atau mulai langsung berfikir untuk mencoba merombak 'perencanaan keuangan' kamu?
Benar gak yaa?
Rata-rata dari kita mungkin punya pendapat yang sama untuk kondisi di atas, sedikit diantaranya kemudian menjadi 'kepo' untuk mencari tahu dan penasaran, bagaimana orang tersebut mengelola keuangannya, apa yang dilakukan dengan uangnya, dihabiskan untuk apa saja uangnya?
Tapi akan ada juga yang lebih kecil dari sebahagian kecil yang senyum-senyum sendiri, bergumam dalam hati, "ternyata ada juga yang seperti saya".
Perencanaan Keuangan, keren sekali yang kedengarannya. Umumnya, yang dianggap berhasil mengelola keuangan dengan baik adalah mereka yang punya tabungan cukup, punya investasi dalam bentuk tanah dan bangunan, atau punya banyak asuransi yang akan menjamin saat hal-hal buruk terjadi. Begitukah?
Tentu tidak ada yang salah, karena ini tentang 'keyakinan'. Apa yang kamu percaya dan yakni kemudian mempengaruhi cara kamu bertindak dan mengambil keputusan. Sampai disini, maka menjadi tidak bijak pula untuk memberikan penilaian boros terhadap orang dengan kondisi di atas. Mungkin dia punya keyakinan yang sama kuatnya dengan mereka yang merasa punya perencanaan keuangan yang baik.
Saat punya uang, berapapun jumlahnya. Kita punya kesempatan yang sama untuk menyimpan atau mempergunakannya. Dari kedua pilihan ini pun kita kembali punya pilihan yang sama untuk menyimpan atau mempergunakannya pada kondisi yang; kita punya kendali penuh atasnya atau sebaliknya, pada kondisi dimana kita tidak punya kendali penuh tapi dikendalikan oleh dzat yang punya kendali penuh atas hidup kita dan seluruh makhluk di dunia ini. Ribet yaa penjelasannya, maafkan 😅
Kembali lagi ini soal keyakinan, bisa jadi kita punya pola yang berbeda. Karena keyakinan yang kita percaya berbeda, atau minimal berbeda porsinya. Percaya 100% dan menjalankannya 100% juga. Ada yang percaya 100% tapi menjalankan hanya 50% atau 30%. Ya terserah, kan hasilnya akan kembali pada diri sendiri.
Sebenarnya cuma mau bilang, bahwa apa yang kamu lihat dan mebentuk opini di kepalamu belum tentu sama dengan apa yang dialami pelakunya. Bagimu mungkin tidak punya simpanan uang adalah hal bodoh, karena tidak ada jaminan keamanan saat masa sulit terjadi. Tapi ada hal lain yang jadi kepercayaan seseorang sehingga begitu yakin dengan pilihannya. Tak punya simpanan bukanlah kebodohan, karena sejatinya ia menyimpan di tempat teraman. Meski kemudian konsekuensi dia tak punya kendali penuh untuk mengelolanya. Semakin besar keyakinan maka sering kali semakin berjalan dengan ajaib prosesnya.
Ini memang seperti racun, dan berhasil meracuni pikiran. Eh, mana ada racun yang rasanya nikmat ya. Belakang saya merasa telah dicuci otaknya secara mendalam oleh sebuah buku. Pertama kali dipinjamkan, baca judul dan tampilan kulit bukunya, saya langsung mengerenyitkan kening. Berat sekali pasti isinya, "ilmu tauhid". Tapi karena niat dihati untuk menambah ilmu lewat bacaan, rasanya tidak bijak dengan menilai tanpa membaca terlebih dahulu. Mulai membaca, lembar demi lembar semakin menarik dan menantang. Benar-benar tertantang sehingga terus tertarik untuk menyelesaikannya.
Buku tulisan ustadz Yusuf Mansur ini ringan, banyak contoh kisah yang menggugah dan diluar logika. Jika kamu suka tantangan, maka baca dan lakukanlah kiat-kiat dalam buku ini. Dijamin, pandangan kamu tentang perencanaan keuangan akan ikut bergeser dan berubah arah.
Ya tulisan di buku ini tidak seberat judulnya, tapi lebih dalam dari itu!
Baiklah, apa kamu saat ini sudah mulai penasaran? Atau mulai langsung berfikir untuk mencoba merombak 'perencanaan keuangan' kamu?
Comments
Post a Comment