Tugu Aman Dimot: Sabtu bersama Sahabat Safar
Sabtu yang cerah,
langit biru dihiasi gerombolan awan putih. Suara nyanyian dari bibir-bibir
mungil itu mulai terdengar mendekat, berjalan berbaris seperti kereta api yang
bersiap berhenti di ‘stasiun’ pemberhentian Tugu Aman Dimot.
Pukul sembilan lewat lima belas menit, tugu Pahlawan Aman
Dimot yang berada di pelataran halaman Kantor Bupati Aceh Tengah ramai dipenuhi
anak-anak dari Panti Asuhan Yayasan Kasih Sayang. Wajah-wajah mungil penuh rasa
ingin tahu, menyelidik tiap sudut tugu. Lukisan ilustrasi pada bagian dalam
tugupun turut menambah rasa ingin tahu mereka tentang sosok Aman Dimot, siapa sebenarnya Aman Dimot?
Aman Dimot merupakan salah satu pahlawan kemerdekaan RI dari
Dataran Tinggi Gayo yang sampai saat ini masih menunggu pengakuan gelar
kepahlawanannya. Dengan gagah berani Abu Bakar, nama asli Aman Dimot yang juga
dijuluki Pang (sang Pemberani) ini
mengusir pasukan Marsose Belanda dari Tanaoh Gayo pada 30 Juli 1949. Dibawah
kepemimpinan Ilyas Leube, Pang Aman
Dimot menghalau tank dan truk-truk Belanda yang akan memasuki
Tanoh Gayo tanpa takut. Pahlawan kita ini membuat Belanda kewalahan, karena
Aman Dimot kebal terhadap senjata. Sampai akhirnya penjajah membunuhnya dengan
cara memasukkan granat kedalam mulut Aman Dimot. Maka gugurlah pejuang kita
yang gagah berani ini.
Tarikan nafas panjang menggantung di akhir kisah. Anak-anak
terlihat sedih ketika tahu pahlawan mereka akhirnya terbunuh ditangan penjajah.
“Meski Aman Dimot telah
terbunuh, tapi perjuangan masih terus berkobar dan membara. Mengalir disetiap
dara pemuda Indonesia, dari dulu sampai sekarang dan terus hingga nanti”
Kakak pendongen bergegas memantik kembali semangat adik-adik.
Tentu kita sebagai generasi muda juga terus akan berjuang mengisi kemerdekaan
ini, meski tidak lagi dengan senjata tapi dengan karya.
“jadi siapa yang ingin
menjadi pahlawan?”
Terangkat tinggi sekali tangan-tangan itu bersemangat ingin
menjadi sosok pahlawan. Setelah tahu bahwa menjadi pahwalan berarti menjadi
orang yang mampu memberi manfaat bagi orang lain. Beragam cita-citapun terlontar,
ada yang ingin menjadi guru, polisi, dokter, dan banyak lainnya. Cita-cita
mulia generasi masa depan bangsa. Kali ini kakak-kakak dari Sahabat Safar yang
mulai tersenyum sumbringah, berhasil menggores senyum di wajah polos nan manis
itu. Semoga juga dapat turut membangun mimpi dan semangat untuk meraihnya.
Sahabat Safar memang punya divisi khsusus mendongeng yang
salah satu kegiatannya adalah kegiatan mendongen di Tugu Aman Dimot ini, pada
sabtu 21 Oktober 2017 lalu. Ini merupakan salah satu program pendidikan yang
menyenangkan bagi anak-anak. Kecenderungan anak yang senang mendengar cerita
kami harap dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi pendidik untuk menyampaikan
informasi, mengasah konsentrasi dan fokus anak, mengembangkan kemampuan
imajinasi dan kreativitas, serta menyisipkan pesan-pesan moral dengan cara yang
lebih menyenangkan. Jadi anak bisa belajar tanpa harus merasa dibebani.
Matahari semakin meninggi, pukul sebelas siang akhirnya kami
kembali mengantarkan adik-adik kami setelah puas bercerita dan bermain di
sekitaran tugu. Celotehan seputaran Pahlawan Tanoh Gayo, Aman Dimot terus
mewarnai perjalanan pulang. Semua memaparkan kegagahan Aman Dimot dalam
versinya masing-masing, mengulas cerita sesuai bagian yang dianggap menarik.
Ah, sunggu membahagiakan melihat kebahagian pada wajah-wajah
ini. Semoga senantiasa ada waktu untuk berbagi canda-tawa serta hal bermanfaat
lainnya bersama mereka. Insyaa Allah, semoga kedepannya sahabat safar bisa terus
melakukan kegiatan-kegiatan edukatif lainnya untuk anak-anak panti asuhan
khususnya.




Comments
Post a Comment