Aku Sibuk!

Sering, kata sibuk jadi dalih untuk sekedar lari dari tanggung jawab, yang sayangnya juga membawa kabur etika, empati dan simpati. Seolah-olah dengan kata sibuk seseorang menjadi lebih keren dan tersemat lebel, 'bukan orang sembarangan'.

Sibuk yang dengan mengucapkannya, tak lagi punya waktu bahkan untuk menyampaikan alasan dan kerendahan hati menunjukkan kesungguhan bahwa diri benar sedang tidak punya kesempatan untuk keluar dari kesibukan.

Seketus kata sibuk, seolah harus jadi pemahaman orang-orang bahwa, 'aku sedang tidak bisa diganggu!', 'jangan tanya!' 'jangan tambahan kesibukanku!', 'kamu gak akan pernah mengerti begitu sibuknya aku, begitu pentingnya aku!'.

Siapakah yang sering merasa terlampau sibuk ini?Adakah budak dunia dan ego yang kemudian menjadi begitu bermudah remeh dengan orang lain. Secara sadar atau tidak, melakukannya terus-menerus. Sibuk, kata yang menutup empati. Kesibukan tak pernah ada ujung, sedang waktu terus berjalan ke ujungnya.

Mungkin ada baiknya kemudian dalam sibuk yang menggairahkan ini diisi dengan sedikit kekosongan, melambat dan melandai mengikuti detak waktu untuk mencari arti sebenarnya kehidupan. Yang berlari dalam kesibukan, adakah tuju benar membahagiakan hatimu? Memberikan damai dalam lelahnya? 

Kesibukan dan diri yang nyatanya semakin menciptakan jarak, di waktu yang sama menawarkan kebanggaan, semu. 

Apa benar kita harus jadi sesibuk ini!



Comments

Popular Posts