Sebuah Prinsip
Menunggu, apalah yang lebih menyenangkan bagi perempuan selain bicara ini dan itu untuk sekedar menghabiskan waktu tunggu. Selain ngemil mungkin ya, kalau ini pengingat saja, bahwa bosan bisa bikin lapar. Jadi itulah yang sedang kita lakukan, bicara apa saja, waktu itu, Sa.
Dari topik-topik yang terbang kesana dan kemari, kamu kemudian membicarakan seseorang. Aku mengenalnya, tak lebih lama sebagaimana aku mengenalmu. Perempuan manis, parasnya menggambarkan jelas dirinya 'dara Aceh'. Hidung mancung, kulit gelap eksotis, bibir tipis, dan mata sayu itu. Dia yang lebih banyak sibuk dengan dirinya sendiri, cuek dan oh, merdu suaranya saat mengaji, dia yang kamu ceritakan dengan sepenuh hati. Aku tahu dia begitu istimewa untukmu.
"Orang kak, kalau pakai jasa dekorasinya saat lamaran, gak boleh bawa calon pengantin pria di acara itu!"
Gimana maksudnya? Aku bertanya kembali, sekedar ingin mempertegas kalimatnya. Tidak menyertakan calon mempelai pria saat lamaran? Bukankah jasa dekorasi dipakai untuk memeriahkan acara, yang biasanya akan diramaikan dengan sesi foto sepasang calon pengantin? Lalu untuk apa memakai jasa dekorasi jika tidak boleh disertai calon mempelai? Apa ada yang bersedia dengan jasa dekorasi seperti ini?
Er, kamu memanggilnya begitu. Anak ini masih usia 20-an, sudah punya bisnis sendiri, dan hebatnya punya prinsip kuat terkait syariat, yang memang bersentuhan langsung dengan usahanya. Kita berpisah dipertemuan singkat kala itu. Hari ini kupenuhi rasa penasaran dengan mengirimkan sebuah pesan singkat padanya,
"kalau aja ada Linto, mereka pasti fotonya pegang-pegangan, mesra-mesraan padahal belum halal pun. Kita ini sebagai jasa ikut berdosa juga karena mereka foto di depan jasa kita. Kalau kita mengatakan jangan foto mesra-mesraan, haram. Tidak mungkin juga, jasanya dikasih kok. Terkadang itu juga jadi tantangan buat kami, sanggup gak!" Menarik jawabnya.
Ya, dalam prosesi lamaran, kedua calon pengantin faktanya belum menjadi mahram satu sama lain. Namun sudah saling berpose bahagia, berpegangan tangan, merangkul, dan beragam ekspresi lainnya seolah-olah pasangan halal. Kemudian dengan bangganya di bagikan ke sosial media, meminta doa dari semua kerabat!
"Kadang, ada yang pesan dekorasi kita yang paling bagus, sudah cocok harga, tanggal, dan lain-lain. Pas Ditanya 'acara Apa dek?' 'Tunagan kk,' 'ada linto?' 'Ada kak.' Yah, mana dekor mahal lagi.
"Dengan besar hati dan jiwa yang kuat harus di batalkan. 'Mohon maaf dek, kami tdak terima jasa dekorasi untuk acara tunangan apabila dihadiri Lintonya'. Nano-nano rasanya kak," jawabmu. Ada emoji tawa di akhir kalimat, tertawa terpingkal-pingkal.
Tentu berjuta rasanya, rejeki di depan mata berbelok sebab prinsip yang dipertahankan. Jika bukan iman, apalagi yang membuat seseorang bisa bertahan dengan godaan seperti ini.
Di bumi Serambi Mekah, tempat kita berpijak ini, sudah begitu banyak yang berubah. Syariat tinggal sebatas aturan yang ditulis dalam kertas, sisanya sudah jadi urusan pribadi masing-masing. Semakin sungkan menasehati, semakin jauh nilai budaya tergadaikan. Kamu Er, berani memulai langkah baik, mengambil sikap dalam perubahan ini. Kamu perempuan hebat, dan patutlah sahabatmu berbangga padamu.
Semua dari kita tahu bahwa rezeki sudah diatur oleh Rabb semesta alam, tapi tidak setiap dari kita paham, bahwa menjemputnya haruslah pula dengan cara yang baik, yang ada ridho Allah di dalamnya. Cara yang baik, hasil yang baik, tentu nikmat sekali hasilnya. Penuh berkah.
Hari ini aku kembali di sadarkan tentang 'cara menjemput rezeki', kadang bagi sebagian dari kita begitu mudah dan mempermudah urusan mencari nafkah. Sedangkan dia masuk ke kerongkongan, mengalir dalam darah dan bertumbuh dalam tubuh. Semoga Allah kuatkan hati kita untuk berjalan di barisan yang penuh ridho Nya.
Kalian, dua karib yang semoga Allah jadikan sahabat surga. Saling menjaga dan mengingatkan bahwa hidup di dunia, tujuannya tetaplah akhirat. Senang sekali bisa bertemu dengan kalian, Er juga Sa.



Comments
Post a Comment