Dalam Diam




Aku bisa melihat dua mata itu saling kagum saling menyimpan rasa. Tapi apalah arti sebuah rasa, pun cinta jika memang belum mampu ditempatkan ditempat terbaiknya. Memendamnya, jadi pilihan bijak. Ada tatap yang di jaga, jarak yang di batasi. Itu baik. Aku teramat senang melihat kalian melakukannya. 

Pun nanti, jika akhirnya tidak bermuara pada cawan yang diharapkan, saling menyimpan mungkin akan jauh lebih baik. Tapi jika takdir berkata sebaliknya, tentu cinta bisa dirayakan penuh sukacita. Lunas dibayar dengan tumpukan rasa yang siap menjadi kayu-kayu bakar dalam menghangatkan jalan kehidupan berikutnya. 

Rasanya beruntung aku berada dalam lingkaran ini, menjadi mata ketiga. Mengintip, tersenyum dan mendoakan dalam hati, semoga takdir memberikan jawaban terbaik untuk kalian. Ah, aku sepertinya jadi yang lebih banyak tersenyum, terkekeh juga geram dalam situasi ini. Kalian menunjukkan rasa dalam ketundukan. Tidak bisakah salah satunya kemudian menjadi lebih peka dalam menunjukkan sikap. Atau memang sebaiknya demikian. Menjaganya terawat di taman hati, sampai putusan takdir yang bicara.

Aku menyimpan kisah ini dalam diam pula. Tak bertanya sedikitpun pada salah satu dari kalian. Ingin turut ikut dalam rahasia kecil ini. Menjaga rasa tetap di tempatnya, tak diganggu oleh prasangka atau asumsi yang malah khawatir menjadikan rasa meruncah tak karuan. 

Hai kalian, aku kagum. Tapi aku juga semakin penasaran dan bertanya, akan berakhir seperti apa kisah ini?

Comments

Popular Posts