Nomor Cabut Kematian
Kematian bukan soal nomor urut tapi nomor cabut
Iya, benar. Tidak ada yang tahu kapan kematian akan datang dan kepada siapa. Yang sehat, yang sakit. Yang tua atau yang muda. Tidak ada yang tahu siapa yang akan pergi lebih dulu.
Mengingat kematian adalah sebuah ibadah, dengan mengingat kematian kita diajarkan untuk senantiasa bertaubat dan menyesali kesalahan yang dilakukan. Tidak sembarang dalam bertindak dan penuh pertimbangan ketika memilih. Sungguh berbahagia mereka yang telah berpisah nyawa dari raga namun amalnya masih mengalir.
Ini adalah salah satu alasan mengapa aku membangun komunitas sosial Sahaba Safar. Berharap komunitas ini bisa terus tumbuh dan berkembang memberikan kontribusi lebih besar. Bukan sekedar hari ini, tapi juga sampai nanti. Sampai hanya doa-doa yang menjadi penghubung kita. Karena itu tak henti aku berdoa untuk terus dipertemukan dengan orang-orang baik dengan tujuan yang sama.
Jikalah ada warisan yang mampu ditinggalkan, aku menginginkan Sahaba Safar jadi salah satunya. Berharap masih punya waktu untuk menjadikannya sebuah peninggalan yang layak diteruskan. Kuat mengakar, rimbun dan berbuah lebat. Mandiri namun juga mampu mengayomi.
Bukankah sebuah niat kebaikan pun sudah dihitung pahalanya. Maka biarkan ini jadi perjuangan yang terus dipupuk dalam sanubari sampai Allah yang putuskan bagaimana ujungnya.
Berapa lama lagi kiranya tuhan menitipkan waktu di dunia ini?



Terima kasih reminder-nya, Faura. Sukses selalu untuk Faura bersama komunitas Sahabat Safar.
ReplyDelete