Ramadhan 1441 H
Adzan Isya berkumandang, shaf pertama masih belum penuh. Orang-orang saling berpandang, melirik pintu sekali-kali memastikan siapa lagi yang akan datang. Satu-dua jamaah terlihat terburu-buru, tidak penuh dua shaf. Sepertinya hanya ini jamaah Isya dan tarawih pertama Ramadhan kali ini.
Sajadah tergelar, tapi berjarak. Orang-orang memakai masker bahkan dalam sholatnya. Imam membacakan surat-surat, lirih. Selepas tarawih dan witir, tak ada ceramah yang disampaikan. Jamaah pulang kerumah masing-masing. Dalam kekakuan, kita memulai Ramadhan kali ini
Biasanya tarawih jadi tempat silaturahmi, kita bersapa dan berjabat. Tak terburu-buru pulang untuk bersama mendengarkan ceramah, menghabiskan waktu sedikit lebih lama bersama. Pulang perlahan, membiarkan satu demi satu jamaah yang memenuhi mesjid keluar. Jalanan lenggang, kendaraan mempersilahkan orang-orang dengan leluasa di jalanan.
Untuk kondisi pandemi saat ini, kita mungkin jauh lebih baik dari mereka yang berada di zona merah. Penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), setiap sudutnya berbahaya, setiap orang berpotensi sebagai Carier. Tentu tak ada lagi kerumunan, bahkan untuk tarawih bersama.
Zona kuning, zona hijau, kadang bisa dengan cepat berubah statusnya. Semua dipaksa untuk waspada.
Tak ada yang pasti dengan kondisi ini, sampai dapat ditemukannya obat penawar Covid-19. Entah apa yang akan terjadi dengan besok atau lusa, hanya Allah yang tahu. Setiap hari berharap, semoga ada kabar baik untuk wabah ini.
Pun demikian, tentulah Ramadhan jadi angin segar bagi setiap hamba yang mendamba. Dalam pembatasan sosial saat ini, semoga kita punya kesempatan terbaik untuk menjalankan Ramadhan lebih baik.



Comments
Post a Comment