Hypatia of Alexandria; Filsafat wanita pertama
Adanya
banyak nama filsafat yang mungkin tidak asing lagi di telinga kita, sebut  saja Aristoteles,
Galileo, Plato, Newton  dan lain
sebagainya. Lalu bagaimana dengan Hypatia, pernahkan anda mendengarnya??? 
Ternyata
wanita ini merupakan ilmuan wanita pertama yang memberikan sumbangsih dalam
ilmu matematika dan astronomi yang beradal dari Alexandria, Mesir. Dikenal
dengan nama Hypatia of Alexandria, lahir pada tahun 350 – 370 M yang merupakan anak
dari Theon yang juga adalah guru matematika Hypatia. 
Hypatia merupakan perempuan yang cerdas. Ia senang mengenakan
pakaian khas seorang sarjana atau guru, bukan pakaian yang dikenakan perempuan
pada umumnya. Dia bergerak dengan bebas, mengemudi kereta sendiri. Sebagai
seorang perempuan, masa itu, sikapnya ini bertentangan dengan norma atau
perilaku umum masyarakat.
Teorinya tentang peredaran planet-planet yang berpusat pada
matahari, kemudian hari terbukti sebagai yang benar, dan orbit bumi ternyata
bukanlah berbentuk bulat melainkan elips. Keyakinan pengetahuan itu sangat
bertentangan dengan keyakinan buta gereja di masa itu. Gereja meyakini bahwa
bumilah pusat tatasurya. Teori Heliosentris ini, sebelumnya sudah diajukan oleh
Aristarkus dari Samos. Teori heliosentris telah berhasil dihidupkan kembali
hampir 1800 tahun kemudian oleh Copernicus dan dimodifikasi oleh Johannes
Kepler dan Isaac Newton.
 Semua karya Hypatia
dinyatakan hilang, setelah terjadi konflik politik yang melibatkan unsur agama
dan kekuasaan antar petinggi di Mesir saat itu. Hypatia membentu Theon dalam menulis komentar tentang karya
Ptolemy Almagest. Diketahui bahwa Hypatia juga terlibat dalam
merevisi karya Euclid Elements yang dilakukan oleh Theon,
dimana kemudian menjadi basis atau acuan karya-karya Euclid yang ada setelah
itu. Kerjasama dengan ayah, seperti tertulis dalam The Suda, adalah
memberi komentar karya Diophantus, Arithmetica, Conics dari
Apollonius dan karya astronomikal dari Ptolemy.
Akhir
yang sangat buruk untuk Hypatia yang menjadi sasaran empuk petinggi agama yang
menganggap ia adalah tukang sihir. Karena tidak menyembah apapun (yahudi maupun
kristen), Hypatia dianggap sesat dan akan membawa dampak buruk bagi masyarakat.
Namun Hypatia tetap tidak pada pendiriannya untuk hanya percaya pada filsafat
hingga akhir hayatnya. Ini membuat Hypatia harus membayar mahal. Ia kemudia
diseret menuju ke kereja, ditelanjangi dan di rajam, beberapa sumber bahkan menyatakan
tubuh Hypatia dimutilasi. 
Ini
merupakan bayaran yang sama sekali tidak setimpal dengan apa yang telah
disumbangkan Hypatia bagi ilmu pengetahuan. Tragis sekali. Kisah ini juga dapat
dinikmati dalam film “Agora” karya
Alejandro Amanabar.




Comments
Post a Comment