Tenanglah wahai hati
Jum'at pagi, setelah sekian purnama akhirnya punya alasan untuk ngopi, lagi. Bertemu teman lama yang bahkan kami sendiri lupa kapan terakhir bertatap. Agenda santai, berbincang apa saja, sekedar pelepas rindu, oh, menjalin silaturahmi tentu. Saat punya Keluangan waktu, ini yang aku coba sempatkan.
Aku terlambat 20-menitan, kamu sudah duduk santai di sana dan sibuk dengan laptop. Secangkir kopi hitam, pisang goreng hangat, beberapa buku dan notes di sudut meja, juga botol minum, penuh. Begitulah kamu, segala sesuatunya terencana, tepat waktu.
"Assalamualaikum,"
Sapaku, mengalihkanmu dari aktivitas yang sedari tadi mengambil fokus.
Kuterima genggam dan pelukan hangat, kita sudah begitu lama tak bertemu, rindu. Manis senyuman di wajah berbalut kerudung hitam. Hitam selalu jadi warna andalan kamu. Antusias mata itu menatap dan berbicara. Aku mengingatnya dengan baik.
Kamu sampaikan sedikit kekesalannya dengan blog yang sedang kamu kelola. Beberapa tulisan berencana dipindahkan ke laman baru yang dianggap lebih menarik. Ya, kamu adalah perempuan yang perfeksionis, jadi segala selalu ingin tampil sempurna sebagaimana keinginanmu. Ambisius dan juga idealis. Kalau aku boleh tambahan, kamu keras kepala, begitulah sejauh aku mengenalmu.
"Jadikan kak, aku sadar ternyata aku punya masalah dengan interaksi sosial. Aku buruk dalam hal ini," katamu sambil terkekeh.
Aku balas dengan senyuman lebar, kamu sudah dapat poinnya pikirku. Tentu kami, yang mengenalmu dengan baik tidak punya masalah dengan itu. Sebab sudah mampu mengesampingkannya dan peka pada hal-hal luar biasa yang kamu miliki. Sayangnya tak semua orang bisa begitu, tak disemua kesempatan kamu bisa dengan cepat diterima karena masalah ini. Jadi cukup terkesan aku ketika akhirnya kamu bisa mengakuinya.
Na, kita sama-sama paham bahwa mengakui kelemahan adalah sebuah keberanian. Terutama bisa mengakui dengan sadar pada diri sendiri, kemudian menerima dan berdamai dengannya. Kamu sudah memulai langkah besar ini. Aku kagum.
Selanjutnya kamu tunjukkan coretan-coretan kecil, mapping yang kamu lakukan terkait kendala dan upaya mengatasi masalahmu dengan interaksi sosial ini. Wah, serius sekali ternyata kamu menanganinya. Aku mendengar dengan seksama, setuju dibeberapa poin dan coba menyampaikan sedikit saran. Kamu puas dengan progres yang kamu dapatkan sejauh ini. Semuanya tampak lebih baik. Kita bertatap, dan mata itu haru.
Segala sesuatu ada di Tangan Allah, jadi tenanglah wahai hati.
Begitulah sekiranya kesimpulan perbincangan Jum'at bercurah berkah ini. Kita haruslah benar-benar paham bahwa tak semua yang kita inginkan harus berjalan, terjadi sebagaimana yang kita mau. Kadang hidup membawa kita pada titik balik untuk sebuah pengakuan diri. Untuk hal-hal yang kita coba abaikan sekian lama, sebuah kelemaha yang tak ingin kita akui. Dia masih di sana, di dalam diri dan menuntut untuk diselesaikan.
Kita kadang harus merasakan keberserahan untuk mendapatkan ketenangan. Sebab ketenangan adalah anugerah Allah. Jika kamu punya itu, maka berbahagialah 🌻



Comments
Post a Comment