Banyak kemungkinan yang tidak kita tahu
'Banyak kemungkinan yang gak kita tahu,' katamu. Benar, kujawab pada diri. Pun ketika pesanmu masuk dan bertanya kabar, itu kemungkinan yang tak terbayangkan sebelumnya. Sebab meski tersimpan nama dalam daftar kontakku, tak pernah terlihat aktivitas di sana. Kupikir telah lama kehilangan, aku.
Semesta selalu punya caranya sendiri, hukum tarik-menarik yang unik, pelik.
Jauh ke belakang ditarik ingat pada memori yang lewat, tempat dimana kita menghabiskan hari dalam sapa. Memperhatikan banyak hal satu sama lain, mengamati dan tersenyum, tak banyak bicara, hanya paham bahwa kita berada dalam satu frekuensi dan mencoba menyelaraskannya.
Oh, itu dulu sekali. Kemudian waktu berkata lain dan jarak semakin membentang. Kamu teman yang baik, orang yang istimewa. Banyak yang berubah, sesekali aku mengintip berandamu yang nyaris tak bergerak. Sulit menemukan kabar, tapi selalu kirimkan doa terbaik saat mengingatmu. Masih, sampai terakhir kemarin kita saling memberi doa dalam obrolan singkat WhatsApp.
Untuk kemungkinan yang katamu banyak, itu. Aku penasaran, apa ada satu saja yang aku termasuk di dalamnya. Maksudku, mungkin akan menarik jika bisa kembali membuat beberapa rencana. Setidaknya untuk ngopi dan ngobrol tentang ini dan itu. Apa kita masih punya bahan untuk diceritakan? Karena sepertinya kamu semakin banyak berubah, aku khawatir kita tak lagi seakrap dulu.
Kemungkinan apa yang aku punya untuk kamu? Dari 10 kemungkinan yang ada, rasanya hanya 1 peluangku kemudian bisa untuk sekedar punya alasan untuk kembali masuk dalam lingkaranmu. Separah itu, benarlah kita tidak lagi akrab. Maaf, tak pandai ternyata aku untuk sekedar berbasa-basi. Tapi kamu juga begitu, bukankah setidaknya salah satu dari kita harusnya ada yang lebih punya inisiatif untuk mulai mencairkan kebekuan ini.
Jika diizinkan, bolehkah aku memperbanyak kemungkinan yang bisa membuat kita kembali seperti dulu. Punya alasan menyapa dan berbalas senyum. Aku suka mengganggumu, dan kamu hanya tersenyum. Itu menggemaskan. Aku selalu mengingatnya.
Bi, kamu adalah sebuah kemungkinan yang aku tak berani pikiran, ternyata. Semoga kamu baik-baik di sana, atau di sini nantinya. Kamu salah satu yang teristimewa, dalam daftar temanku, daftar kontakku yang paling cuek, dalam daftar orang-orang yang pernah ada di hidupku.
Aku masih ingin menulis banyak hal dalam keterbatasan waktu yang kita habiskan bersama. Tak peduli lagi aku tentang banyak atau sedikitnya kemungkinan itu. Aku cukup bersyukur dalam rentang waktu kita tak bersapa, kamu kembali menyapa. Walau belum sempat kutanya mengapa.
Apa sebaiknya aku bertanya tentang ini?



Comments
Post a Comment