Dewasa Ku Untuk mu
Mataku berat, berat dan sembab. Rambut ku begitu acak, dengan sebuah kain mengikat dikepala ku. Mencoba menahan kerasnya irama ”Drum” yang bermain sumbang disana, seperti menahan sebuah asa yang tak dapat ku ekspresikan. Dadaku sesak, menghirup atmosfer yang begitu kaku. Jantung berdenting bergemuruh mengejar tiap kepercayaan diri ku yang kabur entah kemana.
Dunia yang aneh, dunia yang samarkan pelangiku, dan Dunia yang abu-abukan langitku.
Ku kepal tangan ku, kurasakan dingin yang merasuki tubuhku dan bermain-main nakal di ujung jemari kakiku. Aku tak perduli lagi atas semuanya. Apapun itu. Ku rebahkan tubuh ku di sampingnya, disamping tubuh kaku itu. Menilik kembali 20 tahunku bersamanya. Saat dia meberikan kamera Poket pertamaku. Saat aku mulai dapat menghasilkan uang darinya. Saat, saat semua jejaknya menggoreskan sejuta kenangan bagiku. Dia selalu yakinkan ku, yakinkan untuk tegarkan pijakan di barisan pelangi mimpiku.
Ternyata aku tak sekuat dugaanku. Angin itu rapuhkan asa ku.
Aku tak inginkan ada mentari pagi hari ni. Aku tak inginkan dewasa merenggutku. Aku tak inginkan waktu berputar tinggalkan ku. Aku tak inginkan masalah-masalah itu menyekat tiap langkah ku. Aku tak inginkan dentingan jam itu mengambil semua yang ku punya. . . .
Semua yang begitu berarti buat ku.
aku tak ingin ada yang berubah, aku tak ingin menjadi dewasa, aku tak inginkan semua ini... Tak Ingin... Tak ingin.... tak i n g i n . . .
*sentuhan tagan itu berikan kehangatan untuk ku. Mengusap lembut helaian rambut ku dengan tangan besarnya. Ku renguh dadaku, menahan deraian air mata yang semakin tak terbendung.
”tidurlah, tidurlah princess ku....
Semua akan baik-baik saja. Dewasa akan membimbingmu untuk hadapi berjuta kerikil hidup. Ini awal untuk itu, ini lah gerbang dari kastil barumu . . .
Tak ada yang perlu kau risaukan. Tak ada yang akan salah dengan denting waktu di jantungmu”
Sebuah kecupan mendarat dikeningku. Kecupan yang selalu kudapatkan sebagai pengantar tidurku. Apakah, besok aku masih akan mendapatkannya....?????*
^ ^ ^
Ayah selalu bilang pada ku
”ketika dewasa nanti, kau akan pergi mengejar mimpimu. Kau akan tinggalkan ayah dan pulang untuk hadiahkan jutaan kebahagiaan atas mimpi-mimpi itu”
Aku selalu menjawab
”aku takkan pergi untuk ayah, aku tak akan pernah meninggalkan ayah. Tak perlu menjadi dewasa, tak perlu punya mimpi asal selalu dapat bersama ayah”
Dia tersenyum, tersenyum dan pahami ucapanku.
Betapa bodohnya aku ketika pahami kata-kata ku itu. Aku telah dewasa ayah, telah mampu menggapai semua mimpi indah itu. Mungkin, Seharusnya aku bisa lebih cepat dewasa, lebih mampu pahami atas apa yang kau inginkan. Tanpa perlu membiarkan Tuhan memberikan pilihan ini untuk ku.
Ini adalah tahun ke 8 dari kejadian itu. Semilir angin yang lembut menjamu kedatangan ku lembut, mengantarkanku kembali ke pangkuan mu. Menghadiahkan hadiah terindah, atas apa yang selalu aku impikan. Aku, aku dan apa yang semua kau cita-citakan. . . .
_Best Photografer`s Woment Indonesia 2018_


Comments
Post a Comment